Bersamaan dengan digelarnya Seminar Internasional & Penganugrahan Sadra Award, Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra dilauncingkan di Gedung Graha Sucofindo, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis (12/7). Wakil Menteri Agama (Wamenag) Republik Indonesia Prof Dr Nasaruddin Umar, MA terlihat hadir dalam acara tersebut sebagai Keynote Speaker. Nama “Sadra” diambil dari nama filsuf Syiah kontemporer, Mullah Sadra.
Seperti halnya Sekolah Tinggi Driyarkara, tempat belajar Filsafat Kristen, STFI Sadra yang berlokasi di Jl. Pejaten Raya No. 19, Pasar MInggu, Jakarta Selatan ini merupakan sekolah Filsafat Islam pertama kali di Indonesia. Di sekolah ini terdapat k urikulum Filsafat Islam yang disinergikan dengan kurikulum bermuatan kearifan lokal, nasional dan Internasional.
Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Hikmat al-Mustafa. Lembaga ini didirikan atas dasar cita-cita untuk mencurahkan diri dalam penyelidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dimulai dari periode awal hingga saat ini. Cita-cita tersebut bersifat religius dan spiritual, moral dan intelektual, teoritis serta praktis.Menurut Haidar Bagir, sekolah ini dikembangkan dengan model bording (asrama mahasiswa) yang direncanakan menampung setiap tahun 80 mahasiwa laki-laki dan perempuan yang direkruit secara ketat dari sekolah terbaik (SMA, Pesatren) di seluruh Indonesia. Mahasiswa yang lulus seleksi di beri beasiswa secara penuh selama 7 tahun. Kampus ini menurutnya merupakan tempat kajian ilmiah yang merujuk pada Filsafat Mulla Sadra yang mampu menggabungkan seluruh pendekatan keilmuan, terutama teologi, filsafat dan Tasawuf.
Prof Nasarudin Umar dalam sambutannya mengatakan, STFI adalah lembaga yang paling komprehensif, yang mengitregasikan kajian dasar Islam dengan kajian tafsir dan filsafat Islam.
Sedangkan Umar Sahab, Ketua STFI Sadra menjelaskan, sekolah ini mengintegrasikan antara filsafat dan al-Quran sebagai basik pengetahuan Islam, filsafat dijadikan sebagai metode memahami al-Quran.
Pada tahap awal, STFI Sadra berencana akan membuka 4 (empat) program studi, akan tetapi dua prodi yang diizinkan oleh kementerian Agama; yaitu Program studi Filsafat Islam dan Program Studi Ilmu Alqur’an dan Tafsir.
Dalam seminar internasional turut diundang sejumlah pembicara antara lain: Prof. Dr. Quraisy Shihab, Prof. Dr. Karim Doughlas Crom, Prof Dr Dede Rosyada MA, Dr Haidar Bagir, Prof Dr Azhar Arsyad (Guru Besar UIN Alauddin-Makasar), Prof. Dr. Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga).
Dosen pengajar di kampus ini antara lain: Prof. Dr. Mulyadhi Kertanegara, Dr. Haidar Bagir, Dr. Kholid al-Walid, Dr. Muhsin Labib, Abdullah Beik MA, Dr. Zaenal Bagir, Dr. Umar Shihab, Prof. Dr. Abdul Hadi WM dan sebagainya.
Ahmad Jubaili, Ketua Tim Perumus Kurikulum dikutip radio Iran, IRIB, mengatakan, kuliah yang disusun dirancang secara integral, saling terkait. Kampus ini menurutnya merupakan tempat kajian ilmiah yang merujuk pada Filsafat Mulla Sadra yang mampu menggabungkan seluruh pendekatan keilmuan, terutama teologi, filsafat dan Tasawuf.
Mulla Shadra mempunyai nama lengkap Shadr al Din Muhammad Ibn Ibrahim Ibn Yahya Qawami al Syiraz, seorang filsuf terbesar mazhab Syiah Imamiyah.
Sementara itu, Fahmi Salim, MA, Wakil Sekjen Majelis (Waskjen) Intelektual dan Ulama Muda Indonesia, serta Komisi Pengkajian di MUI Pusat mengatakan, dari bentuknya, lembaga ini dinilai dekat dengan Syiah.
“Karena selama ini, gerakan Syiah masuk melalui filsafat,” ujarnya.
Fimadani.Com (Posted by Qalamedia Online).
Posting Komentar
Sebagai ungkapan silaturahim, berikan komentar Anda!