Jumat, 24 Maret 2006
“Boleh mengajarkan agama, tapi jangan bawa misi di sini.
Saya orang Kalukubula asli dan di sini semua (warga) Alkhairaat.”
Kalimat inilah yang saya garis bawahi dari silaturahim saya dengan warga
komplek Perumahan Kelapa Mas Permai, Desa Kalukubula, siang ini, bakda Jumat.
“Saya kira perkataan Pak Imam itu berguna sebagai masukan
bagi Bapak,” kata salah seorang anggota badan takmir yang duduk di sisi kiri
saya. “Mohon maaf, dan lebih baik kita terbuka, sewaktu menyampaikan khutbah
tadi, ada suara orang mendehem ..., itu pertanda Bapak harus segera mengakhiri
khutbah.”
“Bapak juga menggerak-gerakkan tangan ketika khutbah tadi,
... itu tidak bisa dilakukan karena ini khutbah Jumat,” tambahnya dengan nada
menggurui.
Saya mencoba membaca “masukan” takmir ‘eksklusif’ ini dari
balik tirai emosi saya. Sebagai manusia biasa, saya merasa wilayah “nyaman”
dari emosi itu sedikit terganggu oleh cara menyambut niat saya untuk membentuk
kelompok binaan tetap di komplek perumahan ini. Tetapi, alhamdulillah,
semuanya tidak menyurutkan tekad saya itu, meskipun saya harus lebih banyak muhasabah
dan istigfar kepada Allah SWT sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Sudah
ikhlaskah niat saya? Sudah bijaksanakah cara pendekatan saya?
Ini mungkin saja adalah awal yang ‘bagus’ dari
langkah-langkah dakwah yang akan saya tempuh selanjutnya dengan mereka:
kelompok masyarakat yang over-istiqamah terhadap “kenyamanan”
keberagamaan mereka. Semoga saja. (A.A. Danie).
Posting Komentar
Sebagai ungkapan silaturahim, berikan komentar Anda!