Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan,
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
(Q.S. Ibrahim: 7)
الْحَمْدُ لِلّهِ
اْلملِكِ الْمُتَعَــالِ ، الْمُنَزِّهِ مِنَ الشُّرَكَاءِ وَالأَمْثــَالِ،
الَّذِئ بَيَّنَ لِعِبـاَدِهِ الْحَرَامَ وَالْحَلاَلَ. أَشْهَــدُ أَنْ
لآإلَهَ ِإلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهــَــادَةً تُصْـــلِحُ الْقَلْبَ وَاللِّســَانَ مِنْ
فَســاَدِ اْلأَفْعــَالِ، وَأَشْــــهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدهُ
وَرَسُـــوْلُهُ الْمُنْقِذُ مِنَ الضَّــلاَلِ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَــلِّمْ
عَلَى عَبْــدِكَ وَرَسُوْ لِكَ ْالمُتَّصِـــفِ بِاْلكَمَالِ سَيِّــدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْــبِهِ
بِاْلغُدُوِّ وَاْلآصَـــالِ.
أمَّا بَعْدُ: فَيَا
أَيُّهـَـا اْلحَــاضِرُوْنَ اْلمُعْتَكِفُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهِ اتَّقُوْا اللهَ
حَقَّ تُقَـــاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ ِإَّلا
وَأَنْتُمْ مُسْـــلِمُوْنَ.
Kaum muslimin, jamaah Jumat, yang
berbahagia,
Mari
kita menjadikan keberadaan kita di tempat suci pada hari yang suci ini pula
untuk terus meningkatkan kualitas takwa kepada Allah SWT. Takwa dalam makna
sebenar-benarnya. Takwa yang memanifestasi dalam ungkapan syukur kita sebagai
hamba yang senantiasa memahami dan menyadari status dan posisi dirinya di
hadapan Tuhan dan Penciptanya. Dengan demikian, mari kita camkan dalam hati
bahwa syukur adalah sikap batin yang merupakan kemestian dan senantiasa dituntut
dari jiwa takwa kita.
Sehubungan dengan
itu, yang tidak kalah pentingnya untuk kita pahami bahwa keberadaan kita di
atas bagian bumi Allah yang bernama Indonesia ini mengikat kita dengan dua
status. Pertama, kita adalah bagian dari bangsa ini, dan kedua, dalam
waktu yang bersamaan kita juga adalah bagian dari umat Islam. Sebagai
konsekuensinya, ada 3 nikmat besar yang Allah wajibkan atas kita untuk
mensyukurinya sekaligus menjadikannya sebagai amanah yang wajib kita jaga dan
pelihara sepanjang hidup kita, karena ketiganya akan menjadi pertanggungjawaban
kelak di hadapan pengadilan Allah, di akhirat. Pertama, nikmat tanah
air; kedua, nikmat keumatan; dan ketiga, nikmat dīn al-Islām.
Nikmat yang pertama,
nikmat tanah air yang kita beri nama Indonesia. Mungkin sering kali kita
lupa bahwa selama berabad-abad Allah telah memanjakan kita dengan sumber daya
hayati yang begitu kaya di negeri ini. Dari survei yang dilakukan oleh Price
Waterhouse Cooper diketahui bahwa Indonesia adalah negara penghasil: timah
nomor 1, batubara nomor 3, tembaga nomor 4, nikel nomor 5, dan emas nomor
7, di dunia. Tidak hanya itu, Indonesia
juga ternyata penghasil 80% minyak di Asia Tenggara, dan 35% gas alam cair di
dunia. Setelah membaca hasil survei tersebut, ketika merenungkan firman Allah
dalam Q.S. an-Nahl, ayat 112, saya merasa tersentak, seakan-akan ayat ini
melukiskan kondisi Indonesia. Allah swt. berfirman:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا قَرْيَةً
كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ
فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ
بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ (١١٢)
Dan Allah Telah
membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu
mereka perbuat.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Ayat 112 dari Surah an-Naḥl ini
menginspirasikan kepada kita sebuah asumsi bahwa sangat boleh jadi kebangkrutan
demi kebangkrutan, malapetaka demi malapetaka yang menimpa negeri yang sangat subur
lagi kaya ini diakibatkan oleh sikap ketidakbersyukuran kita kepada Allah
terhadap nikmat tanah air ini. Sebuah aksioma yang mudah kita hapal tentang
sikap syukur adalah firman Allah swt. dalam Q.S Ibrahim, ayat 7:
وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لأزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ
عَذَابِي لَشَدِيدٌ (٧)
Dan (ingatlah)
tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku
akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Nikmat yang kedua
adalah nikmat keumatan. Marilah kita sadari bahwa 85% penduduk Indonesia
adalah muslim, yang memosisikan kita sebagai bangsa berpenduduk muslim terbesar
di dunia. Jumlah yang besar asalkan ditunjang dengan SDM yang andal dan dimenej
secara apik dalam bingkai jamaah yang kokoh, akan menjadi potensi besar untuk
mengantarkan bangsa ini kepada kesejahteraan. Oleh karena itu, mari kita
mensyukuri nikmat Allah ini dengan lebih intens membangun sinergisitas kekuatan
jamaah serta sedapat mungkin menghindarkan terjadinya perpecahan di tubuh umat ini. Tentang sikap syukur kita
dalam hal ini, Allah swt. menyeru kita
dengan firman-Nya dalam Q.S. al-Anfāl, ayat 46:
وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (٤٦)
Dan taatlah
kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah.
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Nikmat yang ketiga adalah nikmat Allah yang
bernama Al-Islām, yakni dīn atau agama yang Allah takdirkan
menjadi way of life kita. Saudaraku, al-Islām inilah sumber 'izzah
dan kemuliaan kita. Al-Islām adalah fitrah penciptaan kita. Hanya
dengannya hidup kita bermakna serta memperoleh kemuliaan. Allah berfirman dalam
QS. Ali 'Imran, ayat 139:
وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا
وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)
Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.
Oleh karena itu, Allah SWT memperingatkan kita bahwa sebagai manifestasi
syukur kita atas nikmat mulia tersebut, wajib atas kita untuk mengislamkan—tidak
hanya cara beribadah kita, tetapi juga—seluruh aspek kehidupan kita:
mengislamkan cara dan proses kerja kita, mengislamkan cara berumah tangga kita,
mengislamkan cara dan proses berpolitik, bersosial, serta berbudaya kita. Kalau
kita sudah berupaya untuk saleh secara ritual, bagi Allah itu tidak cukup. Dalam
waktu yang sama, kita juga harus saleh secara sosial, politik, budaya, dan
seterusnya. Marilah kita menyambut seruan Allah, seperti yang tertera dalam
dalam Q.S. al-Baqarah, ayat 208—209:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (٢٠٨)فَإِنْ زَلَلْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا
جَاءَتْكُمُ الْبَيِّنَاتُ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٢٠٩)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. Tetapi jika kamu menyimpang
(dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka
ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Demikianlah tiga
nikmat besar yang wajib untuk kita syukuri. Dalam berbagai ungkapan ayat
Alquran, Allah swt. mengisyaratkan adanya hubungan fungsional antara keberkahan
hidup yang diperoleh manusia dan rasa syukur—dan sebaliknya—antara kesengsaraan
dan sikap ingkar. Dengan lain perkataan, rasa syukur selalu bermuara pada
berkah dan keingkaran selalu berujung derita.
Dan secara implementatif, hanya keimanan dan ketakwaan yang
fungsionallah yang dapat mewujudkan limpahan nikmat-nikmat Allah atas kita di
negeri ini menjadi rahmat dan keberkahan.
باَرَكَ اللهُ لْى وَلَكُمْ فِىْ القُرْآنِ الكَرِيْمِ
وَنَفَعْنِىْ وَإِيَّاكُمْ بمَا فِيْهِ مِنَ ْالآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّىْ وِمنْكُمْ تِلاَ وَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْــعُ
اْلعَلِيْــمُ. أَقُوْلُ قَوْلىْ
هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لىْ
ولَكُمْ فِاْستَغْفِرُوْهُ ِإنَّه هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْــمُ.
Posting Komentar
Sebagai ungkapan silaturahim, berikan komentar Anda!