Hari ini, 22 April, pegiat lingkungan hidup menyebutnya sebagai Hari Bumi. Menurut Wikipedia.Com,
Hari Bumi adalah hari pengamatan
tentang bumi yang dicanangkan setiap 22 April dan diperingati secara internasional. Hari Bumi dirancang untuk meningkatkan
kesadaran dan apresiasi terhadap planet yang ditinggali manusia ini. Tradisi tersebut dicanangkan oleh
SenatorAmerika Serikat Gaylord Nelson, seorang pengajar lingkungan
hidup, pada 1970. Tanggal ini ditengarai
bertepatan dengan musim semi di Northern Hemisphere (belahan Bumi utara) dan musim gugur di belahan Bumi selatan.
Sebelumnya,
PBB merayakan Hari Bumi pada 20 Maret, sebuah tradisi yang digagas oleh aktivis perdamaian John McConnell pada tahun 1969, di kala matahari tepat di atas khatulistiwa, yang sering disebut Ekuinoks Maret. Peringatan ini dimaksudkan
sebagai alat untuk mempromosikan agenda lingkungan setelah menyaksikan tumpahan
minyak besar di lepas pantai California, AS, pada tahun sebelumnya. Ketika itu,
Hari Bumi hanya difokuskan di AS melalui sebuah organisasi yang didirikan oleh
Denis Hayes, yang menjadi koordinator nasional pada 1970. Peringatan ini
kemudian menjadi peristiwa internasional pada 1990 dan diselenggarakan di 141
negara. Pada 2009, PBB menetapkan tanggal 22 April sebagai Hari Bumi
Internasional dan kini diperingati di lebih dari 175 negara dan dikoordinasi
secara global oleh Jaringan Hari Bumi (Earth Day Network).
Bagi Anda, peselancar dunia
maya, akan menemukan nuansa yang impresif dari perayaan Hari Bumi 2013. Hari ini,
Google merayakan Hari Bumi dengan animasi
menarik pada tampilan halaman depan mesin pencarinya. Desain kreatif dari Google Doodle tersebut menampilkan suasana alam pada
pagi dan malam hari, pada saat terik dan hujan, dalam sebuah gambar yang
tersusun dari huruf yang membentuk kata 'Google'.
Perspektif Islam tentang Bumi
Apresiasi
Islam terhadap bumi sebagai planet yang didiami oleh manusia diwartakan oleh
Alquran dalam banyak ayatnya. Di antaranya, QS Hud (11):61.
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحاً
قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُواْ اللّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَـهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنشَأَكُم
مِّنَ الأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُّجِيبٌ ﴿٦١﴾.
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata, "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya. Oleh karena itu, mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Juga,
ketika menyitir tentang kerusakan bumi, Alquran memberikan statement seperti
yang terdapat dalam QS al-Rum (30):41.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ
أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ ﴿٤١﴾.
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Sebagai rahmat bagi
semesta, Islam telah mengatur adab bagaimana cara memperlakukan bumi. Hal ini
dapat ditemukan dalam banyak keterangan, baik dari sejarah maupun aktivitas
ibadah mahdhah. Yang paling jelas adalah refleksi kesadaran lingkungan yang
diajarkan dalam ibadah haji. Ketika mulai berihram (memasuki wilayah Tanah
Haram), jemaah haji (baca: manusia) tidak diperkenankan menyakiti binatang, menebang
pepohonan, bahkan memetik rumput sekalipun. Konsep pelestarian bumi beserta
ekosistem yang ada di dalamnya juga telah diaplikasikan oleh Rasulullah saw. dengan memperkenalkan kawasan lindung (hima’), yakni suatu kawasan
yang harus dilindungi pemerintah atas dasar syariat guna melestarikan kehidupan
ekosistem hutan. Nabi pernah mencagarkan kawasan sekitar Madinah sebagai hima’
guna melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada di dalamnya. Selain
hima’, Islam juga memperkenalkan konsep ihya’ al-mawat, yakni
usaha mengelola lahan yang belum dimanfaatkan agar memiliki nilai produktivitas
bagi kesejahteraan manusia. Dari konsep ini, terlihat betapa Islam memiliki
perspektif lingkungan sangat kuat, yang tidak hanya ada dalam tataran normatif tetapi
juga telah dicontohkan Qudwah Hasanah umat manusia, Rasulullah saw.,
selama perjalanan risalahnya.
Upaya untuk menumbuhkan
kesadaran lingkungan melalui pendidikan lingkungan pada umat Islam akan
memberikan andil besar dalam mencegah rusaknya wilayah bumi yang dimanatkan
Allah kepada manusia untuk dimakmurkan (QS Hud [11]:61). Sebagai unit
sosial terkecil, keluarga memegang peran yang penting dalam pendidikan
lingkungan hidup. Dalam hal ini seorang ibu sebagai pendidik utama anak-anaknya
dapat berkontribusi sangat besar dalam menanamkan nilai-nilai ramah lingkungan
dalam keluarga. Hal ini bisa dilakukan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
sederhana. Misalnya menghemat air, menyayangi binatang, membuang sampah di
tempatnya, menanam dan memelihara pohon dan bunga, mematikan alat
elektronik dan lampu ketika tidak digunakan. Yang harus selalu dicamkan, hal-hal
kecil dapat berdampak besar apabila dilakukan secara berjamaah. (Agustan Ahmad Dani).
Posting Komentar
Sebagai ungkapan silaturahim, berikan komentar Anda!