Home » , » A'udzubillah...!

A'udzubillah...!

Oleh: A.A. Danie | 24 Sep 2012 | 10.15


Setiap bertemu, teman yang lama tidak bersua denganku akan berkomentar, "Gus, kamu kelihatan kurus sekali." Atau, "Tadi, aku pikir salah lihat. Kirain, adiknya, gitu." Banyak dari mereka yang tampak perihatin dengan penyakitku ini. Berbagai alternatif pengobatan dan pengobatan alternatif mereka tawarkan.Mulai ruqyah syar'iyyah hingga terapi ala "orang pintar". Untuk yang terakhir ini, saya punya kisah lucu.

Suatu ketika, penyakit ini kambuh. Seorang teman, dengan kelihatan agak gusar, sejak pagi menungguiku agar bisa bergerak. Nah, alhamdulillah, pukul 09.00 wita harapannya terkabul: aku bisa menggerakkan badan lagi dan berdiri dari pembaringan. Dengan sabar, ia mengantarkan aku ke RS "Anutapura", sebuah rumahsakit kebanggaan warga kota Palu, dan menungguiku di antara antrean pasien-pasien yang datang lebih dahulu. Setelah mendaftar, aku menuju poliklinik penyakit dalam, sesuai dengan rujukan dokter Puskesmas.

"Bapak menderita penyakit maag", kata dokter yang memeriksaku. Setelah sejenak melongo keheranan, aku bertanya, "Tapi, Dok, apa maag bisa bikin kaya orang strok, begitu?"

Dokter tampak sedikit kaget. "Sebenarnya, sakit Bapak komplikasi, tapi maag itulah yang menonjol...." Aku keluar dengan hati penuh tanda tanya. Ketika kuceritakan apa kata dokter tadi, temanku nyengir. "Tidak masuk di akal, " katanya.
Karena tak puas, ia mengajakku kepada seorang ahli pengobatan tradisional. Sejenak, aku agak ragu juga. Namun, demi menghormati niat baiknya, aku setuju.

Di bawah terik matahari musim kemarau, kami berboncengan melewati jalan aspal Palupi yang kelihatan mencair. Sepeminuman kemudian, kami pun tiba di tempat itu. Sebuah rumah, tidak jauh dari belakang Masjid .... Ehm!

Begitu temanku mengutarakan maksud kedatangan, tiba-tiba saja ibu yang menerima kami mual-mual di depan kami. Aku mencoba menenangkan diri seraya memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan terkutuk.

Sejenak kemudian, si ibu memejamkan mata lalu tertawa terbahak-bahak. Seorang putrinya yang sudah menikah, yang berada tidak jauh dari tempat kami duduk berkata, "Sudah dia itu...." Aku tak mengerti maksudnya.

"Siapa kamu?" tanya putri kepada ibunya yang kini seakan "berada di alam lain". Si ibu menyilangkan kaki dan memenyongkan mulut. Putrinya berbisik kepada kami, "Coba Bapak ingat-ingat, barangkali ada temannya Bapak yang gayanya seperti itu." Aku beristigfar di dalam hati, "Ampuni aku, wahai Tuhan".

Kini si anak berdialog dengan ibunya yang kesurupan itu.

"Siapa kamu?"
"Ah, masa kamu tidak tahu saya," kata si ibu sambil bibirnya bertambah monyong. Jujur saja, bulu kudukku merinding.
"Siapa kamu? Tetangganya? Teman kantornya? Sebutkan namamu!"
"Ha.. ha.. ha.., saya tidak perlu menyebutkan nama. Masa kamu tidak kenal saya?"
"Kamu mau apakan ini Bapak? Kamu mau bunuh?"
"Huh...! Tidak mau saya bunuh, tapi saya mau bikin dia menderita.... Saya mau bikin lumpuh!"
"Kenapa kau mau bikin dia lumpuh?"
"Saya iri sama dia, karena dia mau rebut saya punya posisi."
"Lalu, kamu ini siapa? Taman kantornya?"
"Iya. Saya teman kantornya ...."

Teman saya bertanya kepadanya tentang ciri-ciri "teman kantor" yang dimaksudnya itu. Si ibu pun menyebutkan beberapa ciri. Tak lama kemudian, si ibu "siuman" dari kesurupannya.

"Penyakit Bapak berat. Saya tak mampu obati. Kalau Bapak mau, nanti suami saya yang pegang. Bapak bisa datang ke sini sebantar malam."

Positif sudah keyakinanku bahwa ini adalah rekayasa setan yang mengambil kesempatan dengan penyakitku ini untuk menjerumuskan aku dari jalan Allah yang lurus. Aku sangat kenal ciri teman yang disebutkannya itu. Dia sangat baik kepadaku. Orangnya rasional, berpendidikan tinggi,  dan sangat anti-sesuatu yang berbau takhayul. A'uzu billahi minasysyaithanirrajim.



Yuk, Bagikan!

Posting Komentar

Sebagai ungkapan silaturahim, berikan komentar Anda!

 
Copyright © 2014. Qalamedia Online - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger